SURAT
TERAKHIR IBRAHIM LAM NGA
.
“T’lah
kupatahkan dada yang gemetar, Teuku
Dalam
keberanian yang runcing
Sebelum
tangan-tangan ini menyentuh Glee Taron”
.
Maka
atas keberanian ini, di Krueng Raba
Pada
pertempuran yang kita kepung
Van
Der Heijden membawa kita tenggelam
Ke
gua kematian
.
Di
layar kematian kita
Tuhan
menciptakan dunia baru
.
Kita
melayang dengan mata terpejam
Aku
pergi, aku pergi!
Dengan
seluruh mimpi yang terbenam di langit perang
.
Madura, 2021
.
.
.
PADA
MALAM SIERRA
.
Apakah
kau tahu, Roseanne
Pada
repetisi malam itu
.
“pada
malam sierra
Amadeus
menjagamu dari tikaman mimpi buruk
Sepanjang
waktu, sepanjang mimpi”
.
Ia
memelukmu di lanskap tua itu
Dengan
soneta sedih
Dengan
fantasi yang kau pelihara
Ke
lembah malam
.
“Jangan
mendekat, jangan mendekat,” ucapmu
.
kau
seakan-akan lahir
Dari
bangsa jin yang berkepala batu
.
Madura, 2021
.
.
.
Rahem kelahiran
Sumenep, 20 April 1999. Ia aktif di Komunitas Anak Sastra Pesantren (Asap) dan
menjadi pendamping Sanggar Sareyang Miftahul Ulum. Beberapa puisinya terbit di
koran dan antologi bersama.
Tidak ada komentar