Langit Petang Pinggir Dermaga
daratan terbuka
sesudah laut susut
menghampar cahaya amber
menumpah
mencium
rundukan lamun
berbalut lumpur hitam
perempuan bercaping pandan
jari-jari kaki menghindari
duri-duri karang
mata sabit
mencongkel batu
menguak kerang
dari celah cagar
menikam
sewarna kuku
terpantul di jernih air
bunyi soda memukul
di kejauhan
denting es
menyala semalaman
hanya meraup apa yang mengibas
apa yang menembus ke dalam tanah
di separuh petang dalamnya
di rekahan daratan yang menjelma punggung
bagi hewan-hewan air
akhirnya, meramu makan malam
akhirnya bergelayut hari gugur
terpencil di atas loyang
mengasapkan
aroma kerang
Sekotong, 2021
Puzzle Pemandangan
dari balik kacamata
menemukanmu menjadi daun-daun lepas
segerak angin, bertepi ungu
dengan hasrat mendirikan
catatan dari bau tempat
setua air garam
kursi reyot, debu panas
warna biru dari filter buatan
biru yang beku di lautan
biru yang luruh pada saku jins
menebak umur dari lubang jaring
anak mutiara yang terkurung dalam poket
harum musk
kerajaan runtuh di kaki
tapak terbasuh getah
dan pemandangan merabun
mengemasi diri yang lumpuh
hukuman bagi sebuah sepi
Sekotong, 2021
—
IIN FARLIANI
Lahir di Mataram, Lombok, 4 Mei 1997. Alumnus Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mataram. Menulis puisi, esai, dan cerita pendek. Pada 2020, ia terpilih sebagai salah satu Emerging Writers MIWF 2020. Dalam waktu dekat, akan terbit buku puisi tunggalnya yang merangkum puisi periode 2013–2020.
Tidak ada komentar